SI
PAHIT LIDAH TOKOH YANG KUASA DAN DIKUASAI:
Refleksi
Sastra Nusantara
S. Amran Tasai
1. Pendahuluan
Sebuah
legenda yang hidup di Sumatra Selatan “Kisah Si Pahit Lidah” mempunyai
manuskrip yang sudah ditransliterasi dengan judul “Syair Si Pahit Lidah”.
Bentuk syair yang ditampilkan berima sama sehingga tidak sulit untuk membacanya
atau memahaminya. Cerita tersebut ditampilkan dengan sempurna dalam arti bahwa
Si Pahit Lidah berhasil memperoleh ilmu yang dapat mengubah manusia atau benda
alam berubah seperti yang dikehendakinya.
Sebagian
besar daerah di Sumatra mempunyai cerita Si
Pahit Lidah. Keragaman cerita “Si Pahit Lidah” terdapat pada setiap daerah itu.
Berbagai daerah itu merasa bahwa “Si Pahit Lidah” adalah cerita milik
daerahnya, seperti Palembang,
Jambi, Lampung, dan Bengkulu. Bahkan, beberapa daerah itu mempunyai cerita yang
mengatakan bahwa Si Pahit Lidah itu adalah seorang perempuan, bukan laki-laki. Hal
ini merupakan besarnya variasi cerita yang hidup di dalam masyarakat. Di daerah
Jambi jelas sekali bahwa Si Pahit Lidah itu disenangi oleh seorang laki-laki
dari Pulau Jawa. Dalam Undang-Undang Negeri Jambi cerita Si Pahit Lidah itu
dikenal. Bahkan, Si Pahit Liah pernah menjadi Raja Jambi pada masa sebelum Tan
Talanai memerintah di Jambi. Pemerintahannya tampaknya dijalankannya dengan
kekuatan dan kekuasaan.
Politik
yang sangat jelas dipaparkan di sini adalah kekuatan yang datang dari Raja
Majapahit. Kesaktian yang ada pada diri Si Pahit Lidah hanyalah kesaktian yang
diberikan oleh Raja Majapahit lantaran Raja Majapahit kasihan melihat Si Pahit
Lidah. Raja Majapahit hanya memasukkan air liurnya ke dalam mulut Si Pahit
Lidah. Tanpa disadari oleh Si Pahit Lidah, ternyata lidah Si Pahit Lidah itu
mempunyai kesaktian dan kekuatan. Ada
kekuatan yang disalurkan oleh Raja Majapahit dengan melalui air liur. Penetapan
Raja Majapahit yang menjadi penolong Si Pahit Lidah memberi indikasi bahwa Raja
Majapahit adalah raja diraja, raja yang maharaja, Bagaimana besarnya kekuatan
dan kemasyhuran Si Pahit Lidah tidak dapat dipisahkan dengan kekuatan Raja
Majapahit. Si Pahit Lidah tidak akan sakti atau tidak akan kuat seperti itu
jika tidak mendapat ilmu dan perestuan dari Raja Majapahit. Oleh sebab itu,
kekuasaan Raja Majapahit merupakan kekuasaan yang mutlak di Nusantara ini. Peristiwa ini merupakan
peristiwa politik dalam mengangkat derajat Raja Majapahit. Ada politik yang menyertai cerita ini. Si
Pahit Lidah berkali-kai bertapa untuk mendapatkan ilmu, ilmu apa saja, untuk
menantang iparnya yang jahat itu.
Nilai
kesungguhan yang ditawarkan dalam cerita itu memaparkan kegiatan Serunting atau
Si Pahit Lidah dengan kegiatan bertapa. Dalam suatu kisah dalam cerita-cerita
Melayu sebenarnya peristiwa “bertapa” jarang kita temukan. Peristiwa “bertapa”
itu banyak kita temukan dalam cerita pewayangan atau cerita panji. Hal itu juga
merupakan suatu indikasi kesungguhan dalam mengharapkan sesuatu. Pertapaan itu
sebenarnya bukanlah suatu penyiksaan badan sendiri, melainkan suatu permohonan
kepada Yang Mahakuasa agar Yang Mahakuasa mengabulkan segala permintaan. Akan
tetapi, akibat dari usaha permohonan itu terjadilah penderitaan, terutama
berupa penderitaan fisik.
Pertapaan
Serunting berlangsung sebanyak tiga kali. Pertama terjadi di padang rumpun buluh, kedua terjadi dipinggir
sungai, dan ketiga terjadi di pinggir danau. Ketiga kalinya pertapaan itu
hampir merenggut nyawa Serunting. Akan tetapi, dia tidak peduli. Pulang ke Palembang dengan tangan
hampa akan membuat malu dalam negeri. Keadaan itu dipaksakan oleh Serunting
untuk mendapatkan ilmu dari Raja Majapahit, tetapi Raja Majapahit tidak
melayani kehendak Serunting.
2. Ringkasan Cerita
Di Pagaralam jalan banyak berbatu
yang termasyhur dengan ........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.