Sabtu, 14 Juli 2018

Kalimat Pasif Persona dalam Bahasa Indonesia


1.      Pendahuluan
Dalam bahasa Indonesia ditemukan berbagai jenis kalimat. Berbagai jenis kalimat itu lebih banyak ditentukan oleh keberadaan predikat kalimat itu. Hal itu terlihat pada beberapa pendapat tentang adanya kalimat yang berpredikat kata kerja (verba) dan kalimat yang bepredikat nonkata kerja (nonverbal). Predikat kalimat yang nonverbal dapat berupa kata sifat (adjektiva) dan kata benda (nomina). Di samping itu juga masih menemukan kalimat yang berpredikat kata bilangan (nomeralia). Begitu kompleksnya kalimat yang ada di alam bahasa Indonesia sehingga kajian tentang kalimat it uterus menerus dilakukan. Sebagian para ahli bahasa itu menampilkan pula kalimat yang berpredikat kata depan. Di samping itu, ada pula jenis kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Dalam hal ini, pandangan juga diarahkan pada predikat kalimat. Jika predikatnya dua, itu berarti bahwa kalimat itu adalah kalimat majemuk.
Terlepas dari persoalan berbagai kalimat itu, kalimat yang paling kentara dan yang sangat diketahui oleh umum adalah kalimat aktif dan kalimat pasif. Kedua jenis kalimat itu dibedakan atas keberadaan subjek kalimat atau fokus kalimat, baik fokusnya berupa kata maupun berupa frasa. Perbedaan itu dijelaskan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat sebagai berikut. Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan perbuatan dalam predikat verbalnya. Kemudian, kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya merupakan tujuan dari perbuatan dalam predikat verbalnya. Dengan demikian, soal kalimat aktif dan kalimat pasif itu merupakan bagian dari kalimat yang berpredikat verba atau kata kerja. Kalimat yang berpredikat nonverbal atau bukan kata kerja tidak dapat kita sebut kalimat aktif atau kalimat pasif.
            Dalam melihat kalimat aktif dalam bahasa Indonesia itu, salah satu kalimat aktif itu mempunyai kata-kata yang berfungsi sebagai subjek, predikat, dan objek yang sering disebut sebagai kalimat SPO. Kalimat aktif jenis itu menempatkan predikatnya dengan verba transitif yang verba itu tidak dapat berdiri sendiri tanpa adanya objek. Sementara itu, objek dalam sebuah kalimat hanya ditemukan dalam kalimat aktif. Objek itu merupakan tujuan dari predikat kalimat itu. Dalam kenyataannya, kalimat yang mempunyai objek itu hanya kalimat aktif yang berpredikat kata kerja. Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia dikatakan bahwa objek itu adalah sebuah nomina, nomina itu mengikuti predikat atau di belakang predikat, predikat tersebut berawalan meN-, dan nomina itu dapat menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan. Hal itu menunjukkan bahwa kalimat yang memiliki objek hanya satu jenis kalimat dari beberapa jenis kalimat yang lain. Akan tetapi, pemakaiannya hampir menguasai delapan puluh persen dari pemakaian kalimat sehari-hari.
            Dalam hal kalimat pasif, sudah jelas bahwa pemunculannya sangat berhu­bungan dengan kalimat aktif SPO. Kalimat pasif yang berhubungan dengan kalimat SPO itu dapat dijelaskan bahwa kalimat aktif SPO itulah yang dapat diubah menjadi sebuah kalimat pasif. Proses pemunculannya sangat jelas, yaitu bahwa objek kalimat aktif berubah menjadi subjek kalimat pasif, predikat yang berawalan meN- berbah menjadi di-. Dengan perubahan dari meN- ke di-  itu, tentu saja objek kalimat tidak akan ada.
            Kata “persona” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung makna “orang” atau “pribadi”. Dengan demikian, kalimat pasif persona adalah kalimat pasif yang ada kaitannya dengan “orang”. Dalam hal ini, yang mempunyai hubungan dengan orang adalah predikatnya. Jadi, kalimat pasif persona adalah kalimat pasif yang predikatnya memiliki kata orang, seperti saya, aku, kami, Anda, dia, dan mereka. Kalimat pasif persona juga dapat berpredikat yang memiliki kata orang yang lain, seperti ayah, ibu, lurah, presiden, atau dokter. Jadi, yang dimaksud dengan kalimat pasif persona adalah kalimat pasif yang predikatnya diisi oleh kata ganti orang.    

2.      Mengenal Kalimat Pasif Persona
Untuk mengenal lebih jauh kalimat pasif persona itu kita terlebih dahulu mengenal kalimat aktif yang berpola SPO (Subjek, Predikat, dan Objek). Kalimat aktif seperti ini memiliki predikat kata kerja transitif. Contoh kalimat aktif yang berpola SPO itu adalah sebagai berikut.
(1)   Saya memahami cerita Sangkuriang.
Kalau kita bahas kalimat itu dari segi fungsinya, kita akan mendapatkan fungsi kata-kata yang mendukungnya sebagai  berikut.
saya adalah subjek
memahami adalah predikat
cerita Sangkuriang adalah objek.
Kalimat tersebut dapat dipasifkan. Proses pemasifan kalimat itu dilakukan dengan jalan menempatkan objek pada posisi subjek. Kemudian, predikat yang berawalan /me-/ diubah menjadi predikat berawalan /di-/. Dengan demikian, muncullah kalimat pasif sebagai berikut.
(2)   Cerita Sangkuriang dipahami oleh saya.
Jika kita perhatikan kalimat pasif itu, tampak jelas bahwa objek kalimat aktif menjadi subjek pada kalimat pasif. Dengan demikian, unsur kalimat itu dapat dilihat sebagai berikut.
            cerita Sangkuriang adalah subjek
            dipahami adalah predikat
            oleh saya adalah keterangan
Urutan kata dalam kalimat pasif itu dapat dipertahan seperti mendekati urutan kalimat aktif yang membentuknya sebagai berikut.
(3)   Dipahami oleh saya cerita Sangkuriang.
Pola ini merupakan pola inversi dari kalimat pasif itu, yaitu kalimat yang mengutamakan predikatnya daripada subjeknya. Menurut Mulyono (2012:63), kalimat pasif seperti itu disebut kalimat pasif umum.
            Bagaimana wujud kalimat pasif persona?
            Mulyono (2012:64—65) mengatakan bahwa kalimat pasif persona adalah kalimat pasif yang mempunyai ciri-ciri tertentu. Inti predikatnya berbentuk inti kata kerja (kata kerja yang tidak berawalan /di-/), seperti baca, tulis, perhatikan, dan tepati.  Kemudian, kata kerja itu selalu didahului oleh kata ganti persona, seperti saya, aku, beta, kami, kita, kamu, engkau, Anda, kamu sekalian, dia, ia, beliau, dan mereka. Lalu, antara kata ganti persona dan pokok kata kerja itu tidak bisa disisipkan kata apa pun, termasuk kata keterangan, aspek, dan modalitas.
            Uraian di atas membawa kita ke arah kalimat pasif biasa atau kalimat pasif umum. Dalam kalimat pasif yang berbunyi: Cerita Sangkuriang dipahami oleh saya dapat diubah untuk menjadi kalimat pasif persona. Awalan /di-/ pada kata dipahami dihilangkan sehingga menjadi pahami. Kedudukan awalan /di-/ digantikan oleh kata saya yang berasal dari frasa oleh saya. Dengan demikian, predikat kalimat itu adalah saya pahami yang sebelumnya berbentuk dipahami oleh saya. Jadi, kalimat pasif umum yang berbunyi Cerita Sangkuriang dipahami oleh saya dapat dijadikan kalimat pasif persona sebagai berikut:
(4)   Cerita Sangkuriang saya pahami.
Kalimat tersebut dapat diuraikan unsur atau fungsinya sebagai berikut.
            cerita Sangkuriang adalah subjek
            saya pahami adalah predikat
Predikat sebuah kalimat pasif persona adalah kata kerja yang tidak berawalan /di-/ dan kata kerja itu didahului oleh kata ganti persona. Berikut ini dapat dilihat perbedaan kalimat pasif umum dengan kalimat pasif persona.
(5)      Kerajinan kerang mutiara dibeli oleh Anda di Kawasan Batu Merah
(6)      Kerajinan kerang mutiara Anda beli di Kawasan Batu Merah.
(7)      Kayu lapis itu diekspor oleh kami ke Jepang.
(8)      Kayu lapis itu kami ekspor ke Jepang.
(9)      Objek wisata Air Panas Hatuasa dikembangkan oleh mereka.
(10)  Objek wisata Air Panas Hatuasa mereka kembangkan.
Kalimat (5), (7), dan (9) merupakan kalimat-kalimat pasif umum atau pasif biasa, sedangkan kalimat (6), (8), dan (10) merupakan kalimat-kalimat pasif persona.

3.      Kalimat Pasif Persona yang tidak Dianjurkan
Kalimat pasif persona ditandai oleh predikatnya yang memiliki kata ganti persona. Kata ganti persona yang dimaksudkan itu adalah kata ganti orang pertama tunggal, kata ganti orang pertama jamak, kata ganti orang kedua tunggal, kata ganti orang kedua jamak, kata ganti orang ketiga tunggal, dan kata ganti orang ketiga jamak. Semua kata ganti itu dapat menduduki predikat bersama-sama dengan kata kerja di dalam kalimat pasif persona.
            Ada beberapa hal yang tidak dianjurkan dalam menggunakan kalimat pasif persona. Yang dimaksudkan itu adalah sebagai berikut.
1)      Predikat dibentuk dari bukan kata ganti persona.
2)      Kata ganti persona dan kata kerja diselipi oleh kata keterangan.

3.1  Predikat Dibentuk dari bukan Kata Ganti Persona
Jika predikat sebuah kalimat pasif persona bukan kata ganti persona dan kata kerja, kalimat tersebut diangap tidak benar. Berikut ini dipaparkan beberapa kalimat pasif persona.
(11)  Jaringan teroris itu polisi bongkar secara tuntas.
(12)  Pada tahun 1676 Benteng Duurstede rakyat rebut.
(13)  Hari Minggu Adik gunakan untuk pergi berenang.
(14)  Dian Lestari dokter periksa dengan teliti.
(15)  Kemarin  Amir kembalikan uang Paman secara utuh.
Kata polisi pada kalimat (11), kata rakyat pada kalimat (12), kata Adik pada kalimat (3), kata dokter pada kalimat (4), dan kata Amir pada kalimat (5) bukanlah kata ganti persona. Dengan demikian, kelima kalimat tersebut merupakan kalimat yang salah. Kelima kalimat itu hanya dapat dipakai dalam wujud kalimat pasif biasa atau pasif umum. Dengan kata lain, bagi kelima kata itu berlaku kalimat pasif biasa atau pasif umum, seperti kalimat (16), (17) (18), (19) dan (20) berikut ini.
(16)     Jaringan teroris itu dibongkar oleh polisi secara tuntas.
(17)     Pada tahun 1676 Benteng Duurstede direbut oleh rakyat.
(18)     Hari Minggu digunakan oleh Adik untuk pergi berenang.
(19)     Dian Lestari diperiksa oleh dokter dengan teliti.
(20)     Kemarin dikembalikan oleh Amir uang Paman secara utuh.

3.2 Kata ganti persona dan kata kerja diselipi oleh kata keterangan
Seperti apa yang dikatakan oleh Mulyono di atas, antara kata ganti persona dan kata kerja tidak boleh disisipkan suatu kata pun. Kata ganti persona dan kata kerja merupakan suatu kesatuan yang tidak boleh terpisah. Jika ada kata lain yang hendak disertakan dalam kalimat itu, kata tersebut harus berada di luas kesatuan itu. Kata-kata yang sering disertakan itu adalah kata keterangan, sejenis aspek atau modalitas, seperti  akan, belum, dapat, harus, ingin, sedang, sudah, telah, dan tidak. Beberapa kalimat pasif persona yang dimaksudkan adalah sebagai berikut.
(21)     Pelaksanaan Ujian Akhir kami sudah rencanakan dari awal tahun.
(22)     Mereka ingin gunakan fasilitas hotel dengan baik.
(23)     Kain merah dia harus pasang di dekat panji-panji perjuangan itu.
(24)     Rencana kunjungan Bupati ke sini Anda belum sampaikan.
(25)     Hari ini kita akan hadiri acara taklimat di lapangan upacara.
Pola “agen+aspek+kata kerja” seperti pada kami sudah rencanakan, mereka ingin gunakan, dia harus pasang, Anda belum sampaikan dan kita akan hadiri merupakan konstruksi kata yang salah di dalam kalimat. Pola yang benar adalah pola “aspek+agen+kata kerja”. Oleh sebab itu, konstruksi predikat dalam kalimat itu adalah sudah kami rencanakan, ingin mereka gunakan, harus dia pasang, belum Anda sampaikan, dan akan kita hadiri. Dengan demikian, kalimat yang benar adalah sebagai berikut.  
(26)     Pelaksanaan Ujian Akhir sudah kami rencanakan dari awal tahun.
(27)     Ingin mereka gunakan fasilitas hotel dengan baik.
(28)     Kain merah harus dia pasang di dekat panji-panji perjuangan itu.
(29)     Rencana kunjungan Bupati ke sini belum Anda sampaikan.
(30)     Hari ini akan kita hadiri acara taklimat di lapangan upacara.

4.      Penutup
Kalimat pasif persona merupakan kalimat yang khas milik bahasa Indonesia. Kalimat pasif persona tersebut sangat produktif terpakai dalam kegiatan berbahasa kita. Akan tetapi, pemakaian tersebut sering salah atau “kebablasan” sehingga kalimat tersebut dapat menyalahi kaidah. Semoga dengan kehadiran penjelasan dalam tulisan ini, kesalahan berbahasa kita dapat dikurangi.

Daftar Pustaka

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Gramedia.

Mulyono, Iyo. 2012. Ihwal Kalimat Bahasa Indonesia dan Problematik Penggunaannya. Cetakan Pertama. Bandung: Yrama Widya.

Ulung, Gagas. 2011. Extremely Beautiful Maluku: 125 Tempat Paling Indah: Wisata Alam-Bahari-Kuliner-Tradisi-dan Hotel. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.