PETITIH ADAT ALAM KERINCI
Petitih adat alam Kerinci yang telah turun-temurun dari
nenek moyang kita dan keputusan adat di atas Bukit Sitinjau Laut, rapat
dihadiri oleh :
- Raja Membujur dari Jambi,
- Raja Melintang dari Indrapura,
- Depati Empat Delapan Helai Kain serta Pegawai Rajo Pegawai Jenang.
‘
“BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM”
Aslumminallah-rasulu minannabi: Asal datang dari Allah
Rasul datang dari nabi
Di
atas nama waris yang dijawab, khalifah ang dijunjung, waris yang datang dari
sabijatullah,
Khalifah datang dari rajo,
Lembaga datang dari Adam,
Sembah datang dari Muhammad,
Gerak datang dari Allah.
Di
ateh namo kita yang mengikut agama Allah. Agama Rasul, kutkan olehmu kata Allah
dan kata Rasul dan kata Tuhan yang memerintah kamu. Orang yang memerintah kamu
adalah orang yang berkata dalam adat dengan lumbago, di dalam undang dengan
telitinyo.
KERINCI
1
Mulai
berjejak sehelai rumput ante dan sepokok tanduk guri, sedang berkertas daun
lunto-lunto, sedang bertabuh batang pulut-pulut, sedang bergendang kulit mamo,
kujur bermata segar jantan.
Semasa itu, kercil uwak gedang uwak, sejak
itu telah berada manusia mendiami alam Kerinci dan terdapat tiga orang yang
bernama
1) Siak Ulak di Pengasi,
2) Siak Lengih (Sabiyatullah) di Kota
Pandan,
3) Singo Lago di Rawang
Rajo Tuah Sultan Bagindo Tuo (di
Tanah Korban Jambi) menyuruh Jenang Empat Puluh datang ke Kerinci. Sampai di
Tamiai di bawah Beringin Kuning bertemu dengan orang yang bergelar Sitiang
Bungkuk Pelango Rajo. Terjadilah pertempuran dan mendapat kekalahan pihak
Jenang Empat Puluh.
Siak Ulak Ninik Biang Serai (Ulang
Serai) dari Pengasi memakai baju ayat terbang serta pedang serante bale datang
menemui Siak Lengih di Koto Pandan (Tanjung Bajurai Pulau Menanti bertitih
teras bertangga betung mateman air cuma kunyit tinggal/diam Nago Sakti
bergelang emas) adalah berjenjang naik bertakah turun (berilmu) untuk
musyawarah menyelesaikan pertempuran itu.
……Sitiang
Bungkuk melariak diri karena kekalahannya.
Setelah keamanan pulih kembali datanglah
raja Tanah Jambi dengan membawa undang-undang yang berbiduk, teliti nan
bagaleh. Di Talak Air Dingin (Muara Tembesi). Raja tersebut bertemu dengan
Datuk Ketemanggungan dari Minangkabau, di kanan Rengas Ajulu, di kiri Tanjung
Simalungun, menuju ke Alam Kerinci (Kerinci Rendah Kerinci Tinggi). Kerinci
Rendah 3 depati, Kerinci Tinggi 4 depati. Ketujuh depati itu diketuai oleh Siak
Lengih. Pangeran Tumenggung kabur di bukit. Pegawai Rajo Pegawai Jenang. Mereka
ini adalah orang nyang sebiduk, seperahu, sekandung, sebalai, selaba, serugi,
sesopan, semalu, menyuruk samo bungkuk, hilang samo merugi, mendapat samo
balabo, terendam samo basah, terapung samo kering.
Rombongan itu ditambah Datuk
Ketemanggungan ditambah Tuanku Hitam berdarah Putih dari Indrapura ditambah
Nyampai Siung, naik ke Bukit Sitinjau Laut. Di sana dibuatlah Balai Yang Tiga
(masing-masing beratap ijuk, beratap kayu, beratap daun sike) serta menyembelih
kerbau satu setengah ekor (1 kerbau + 1 kambing ireng Kelantan tanduk).
Undang turun dari Minangkabau terus ke Hiang-Betung
Kuning-Cupak-Ambai-Seleman. Seleman bernama Muara Undang. Teliti mudik dari Bandar Jambi terus ke Tamiai.
Tamiai bernama Puncak Teliti.
Sitiang Bungkuk merasa susah hati. Pisang
beletuk menghadap ke Jambi pisang dipangkas,
ayam berkokok menghadap ke Jambi ayam dibunuh, manusia menghadap ke
Jambi manusia dikubur hidup-hidup.
Rapat di atas Bukit Sitinjau Laut ini
menegakkan/mendirikan balairung sebesar 7 x 8 depa, berbangun segitiga,
atapnya pun tiga warna.
a. Atap dari ijuk, Minangkabau
(Indrapura),
b. Atap dari daun sike, Jambi,
c. Atap dari kayu, Kerinci
Rapat
ini disebut juga “Rapat Tiga Alam”.
Adapun yang dibicarakan dalam rapat
tersebut adalah
1) Adat dengan lembaga,
2) Undang dengan teliti,
3) Syarak dengan kiasnya
Kerbau
dari Bukit Siguntang-guntang (antara Jambi dengan Palembang),
Cabe
dari Kerinci,
Garam
dari Muko-Muko,
Kambing
ireng dari Bukit Sitinjau Laut.
Acara rapat dibuka setelah makan bersama,
yaitu kerbau dan kambing disembelih, daging dimakan, tulang dikubur, darahnya
dikacau (dikocok) menjadi “Karang Setia” nan semangkuk, nyawanya
dipersumpahkan.
Kepeng
sekepeng dibelah tiga. Sepertiga jatuh ke Ranah Bali Angin (Jambi) menjadi
Gajah Putih di seberang laut. Sepertiga dicampak ke Alam Minangkabau menjadi
Buayo Kumbang di Pagaruyung. Sepertiga dicampak ke Ranah Alam Kerinci menjadi
Nago Sakti Bergelang Emas (Emas Rajo Mas Jenang).
Keputusan
Rapat Sitinjau Laut:
1) Gunung yang memuncak Gunung Yang
Dipertuan
Laut
yang berdebur Laut Depati IV
Adat
alam Kerinci adalah Adat bersendi syarak
Syarak
bersendi Kitabullah
Undang
kembali ke Minangkabau
Teliti
kembali ke Kerinci
2) Ke atas sepucuk, ke bawah Seurat,
seiya sekata, kalau datang musuh dari hilir sama-sama ke hilir, kalau datang
musuh dari mudik sama-sama ke mudik, dan kalau datang musuh dari tengah sama-sama
dikepung.
3) Tanah nan bergabung sungai nan
berlaras hak milik masing-masing, derajat berlain-lain. Terasa gedang hendak
melando, terasa panjang hendak melilit, bersutan di mata beraja di hati, berbenak di
empu kaki. Kok keruh diperjenih kok silang diperpatut, perhukum ada di tangan
rajo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.