Selasa, 15 Maret 2022

Puisi Baru Menurut Bentuknya I

 PUISI BARU MENURUT BENTUKNYA

Bagian Pertama

Dalam melihat puisi baru yang tumpuannya pada bentuknya, kita dapat menyebutkan beberapa buah dengan nama yang khas. Penamaan itu disesuaikan dengan jumlah larik pada satu bait. Oleh sebab itu, nama tersebut dipakai untuk menyebutkan satu bait. Nama sajak atau puisi itu adalah distikon, terzina, kuatren, kuin, sekstet, septima, dan oktaf. Yang terakhir adalah soneta.

       Penamaan ini tidak dapat ditempatkan pada puisi lama karena puisi lama itu sudah mempunyai nama tersendiri. Puisi lama lebih terikat dan tidak sebebas puisi baru. Kita mengenal nama-nama puisi lama itu, yaitu karmina, gurindam, pantun, syair, dan talibun. Namun, bentuk-bentuk itu sangat terikat pada beberapa syarat yang harus diikuti. Umpamanya, jumlah suku kata, rima, sampiran dan isi, serta keselarasan sebab akibat.

       Jenis puisi baru (sejak Balai Pustaka hingga sekarang) ada delapan jenis. Jenis itu adalah distikon, terzina, kuatren, kuin, sekstet, septima, oktaf, dan soneta.

 

Distikon

Distikon ialah sajak dua seuntai. Artinya, sajak atau puisi itu terdiri atas  dua larik dalam satu bait. Bagan rimanya sangat beragam, yaitu aa atau ab. Distikon dapat terjadi dalam satu sajak dengan baitnya terdiri atas distikon, tetapi dapat pula terjadi pada puisi yang tidak semuanya distikon.

Contoh:

 

Cintaku Jauh di Pulau

Cintaku jauh di pulau

gadis sekarang iseng sendiri

….

Manisku jauh di pulau

kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri

(Chairil Anwar)

 

Puisi “Cintaku Jauh di Pulau” karya Chairil Anwar ini terdiri atas lima bait. Hanya bait pertama dan bait terakhir yang berbentuk distikon. Bait yang lain bukan bentuk distikon.

 

Terzina

Terzina ialah sajak tiga seuntai. Artinya, sajak atau puisi itu terdiri atas tiga larik dalam satu bait. Bagan rimanya sangat beragam. Rimanya adalah aaa, aba, abb, atau abc. Seperti distikon, terzina dapat terjadi dalam satu sajak yang baitnya semua terzina, tetapi dapat pula terjadi pada puisi yang tidak semua baitnya terzina.

Contoh:

 

Menyesal

Ah! Apa guna kusesalkan

menyesal tua tiada berguna

hanya menambah luka sukma

 

Pada yang muda keharapkan

atur barisan di hari pagi

menuju kaabah padang bakti

(A. Hasjmy)

 

      Sajak atau puisi “Menyesal” karya A Hasjmy ini terdiri atas empat bait. Hanya bait ketiga dan keempat yang berbentuk terzina. Bait pertama dan kedua tidak berbentuk terzina.

 

 

Kuatren

Kuatren ialah sajak empat seuntai. Artinya, sajak atau puisi itu berisi empat larik dalam satu bait. Apakah lariknya berbentuk kalimat atau hanya bentuk frasa atau kumpulam frasa, hal itu tidak menjadi persoalan. Yang dihitung hanya larik, bukan baris. Bagan rima yang berlaku pada kuatren ini ialah aaaa, aaab, aabb, abbb, abab, aabc, abba, dan sebagainya. Hal ini terjadi karena puisi baru lebih bebas untuk memilih rima yang dipakai.

Contoh:

 

Pada-Mu Jua

 

Habis kikis

Segala cintaku hilang terbang

Pulang kembali aku pada-Mu

Seperti dahulu

 

Kaulah kandil kemerlap

Pelita jendela di malam gelap

Melambai pulang perlahan

Sabar setia selalu

(Amir Hamzah)

 

     Sajak atau puisi “Pada-Mu Jua”karya Amir Hamzah ini mempunyai jumlah bait tujuh buah. Ketujuh bait itu berbentuk kuatren.

 

Kuin

Kuin ialah sajak lima seuntai. Artinya, sajak atau puisi itu terdiri atas lima larik dalam satu bait. Dalam sebuah sajak atau puisi, tidak semua baitnya berbentuk kuin. Kelima larik itu berbagan rima aaaaa, aabba, dan mungkin pula bagan rima lain. Sudah kita ketahui bahwa puisi baru tidak terlalu terikat oleh rima.

Contoh:

 

Surat dari Ibu

 

Pergi ke dunia luas, anakku sayang

pergi ke hidup bebas!

Selma angin masih angin buritan

dan matahari pagi menyinar daun-daunan

Dalam rimba dan padang hijau.

 

Pergi ke laut lepas, anakku sayang

pergi ke alam bebas!

Selama hari belum petang

dan warna senja belum kemerah-merahan

menutup pintu waktu lampau.

(Asrul Sani)

 

Sajak atau puisi “Surat dari Ibu” karya Asrul Sani ini berjumlah empat bait. Hanya bait ketiga yang tidak berbentuk kuin. Pada bait pertama, bait kedua, dan bait keempat, sajak itu berada dalam bentuk kuin. (S. Amran Tasai).

 

 

 

ooo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.