MENGENAL PROSA LIRIK DALAM SASTRA
Bagian Pertama
Prosa lirik adalah prosa berirama. Kedua isilah itu tidak berbeda. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikatakan bahwa prosa berirama merupakan karya sastra yang ditulis dalam ragam prosa, tetapi dicirikan oleh unsur-unsur puisi, seperti irama yang teratur, majas, rima, asonansi, disonansi, dan citra. Dalam pembacaan prosa lirik itu, muncul beberapa nilai rasa yang sama dengan puisi. Hentakan nada dan tempo terasa seperti halnya menghadapi sebuah puisi. Keindahannya terasa di dalam pembacaan itu sehingga prosa lirik enak dibaca.
Sebuah prosa lirik dalam sastra lama dimunculkan dengan sedemikian rupa sehingga majas perumpamaan sering terlihat dengan jelas. Perumpamaan dalam menggambarkan wajah seorang wanita yang cantik hampir tidak pernah terlupakan di dalamnya. Sebagai suatu contoh, bagaimana M. Rasjid Manggis Gelar Datuk Radjo Panghoeloe (penulis Sabai Nan Aluih) menggambarkan kecantikan Sabai Nan Aluih dalam cerita Sabai Nan Aluih sebagai berikut.
Djikok dipandang-pandang bana - djaranglah gadih katandiengnjo - badan rampieng lamah sumampai - mukonjo buda daun bodi - rambui’ karitieng gulung tigo - kaniengnjo kaliran tadji - mato ketek djo lindoknjo - pantjalie’an siraui’ djtuh - bulu mato samui’ bairieng - talingo djarek tatahan - pipinjo paueh dilayang - iduengnjo bagai dasun tunggal - mului’njo dalimo rakah - bibienjo asam sauleh - gigi rapek putieh manggewang - lidahnya mampalam masak - dague’njo labah bagantueng - kulik nan kunieng kamerakan - bak udang kapalang panggang - djarinjo aluih bak bulu landak - karek kuku bulan kaabih - batihnjo bak parui’ padi - tumik nan bagai talue burung.
(Jika dipandang-pandang benar - jaranglah gadis akan tandingannya - badan ramping lemah semampai - mukanya budar daun bodi - rambut keriting gulung tiga - keningnya kiliran taji - mata kecil dengan sayunya - penglihatan seraut jatuh - bulu mata semut beriring - telinga jerat tertahan - pipinya pauh dilayang - hidungnya bagai dasun tunggal - mulutnya delma merekah - bibirnya asam seulas - giginya rapat putih menggewang - lidahnya mempelam masak - dagunya lebah bergantung - kulit yang kuning kemerahan - bak udang kepalang panggang - jari hhalus bak bulu landak - kerat kuku bulan akan habis - betisnya bak perut padi - tumit yang bagai telur burung).
Pelukisan tentang kecantikan Sabai Nan Aliuh itu ditulis dengan irama yang indah didengar dan dibaca. Berbagai perumpamaan dan ibarat dilakukan hingga terbentuk sajak, irama, dan rima yang menyejukkan hati pendengar atau pembaca. Pelukisan itu diurut oleh penulis dari badan, muka, tangan, hingga betis dan tumitnya. (S. Amran Tasai)
Ciledug, 21 Februari 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.