PUISI BARU MENURUT BENTUKNYA
Bagian Kedua
Pada “Puisi Baru Menurut Bentuknya” Bagian Pertama, sudah dibicarakan empat bentuk puisi baru, yaitu Distikon, Terzina, Kuatren, dan Kuin. Pada bagian kedua ini. Kita bicarakan yang lain, yaitu Sekstet, Septima, Oktaf, dan Soneta.
Sekstet
Sekstet ialah sajak enam seuntai. Artinya, sajak atau puisi itu terdiri atas enam larik dalam satu bait. Dalam sebuah sajak, tidak harus semua baitnya berbentuk sekstet. Sekstet dilakukan dengan bagan rima aaaaaa, abcdef, dll.
Contoh:
Menuju ke Laut
Kami telah meninggalkan engkau, tasik yang tenang tiada beriak, diteduhi gunung yang rimbun dari angin dan topan Sebab sekali kami terbangun dari mimpi yang nikmat:
“Ombak ria berkejar-kejaran di gelanggang biru bertepi langit Pasir rata berulang dikecup, tebing curam ditantang diserang, dalam bergurau bersama angin, dalam berlomba bersama mega.”
(SutanTakdir Alisjahbana)
Sajak atau puisi “Menuju ke Laut” karya Sutan Takdir Alisjahbana ini terdiri atas enam bait. Lima di antaranya berbentuk sekstet. Hanya bait kelima yang bukan sekstet.
Septima
Septima ialah sajak tujuh seuntai. Artinya, sajak atau puisi itu terdiri atas tujuh larik dalam satu bait. Memang, dalam sebuah puisi atau sajak itu, tidak semuanya baitnya berbentuk septima. Ada di antara baitnya yang berbentuk bukan septima. Demikian pula bagan rimanya. Biasanya bagan rimanya aaaaaaa, tetapi puisi baru itu lebih bebas. Rima akhirnya bisa aaaaaaa, atau abababb, atau bentuk yang lain, seperti abcdefg.
Contoh:
Kisah Lama
…
Raja menenggelamkan diri di dalam perang minum darah dan makan daging musuh namun hatinya toh tetap rusuh maka wajah Anting Malela dipahat pada batu buat makamnya sebagai peringatan - atau kenangan?
(Ajip Rosidi)
Sajak atau puisi “Kisah Lama” karya Ajip Rosidi ini terdiri atais lima bait. Hanya bait keempat yang berbentuk septima. Empat buah bait yang lain bukan septima.
Oktaf
Oktaf ialah sajak delapan seuntai. Arinya, sajak atau puisi itu terdiri atas delapan larik dalam satu bait.Tidak semua baitnya berbentuk oktaf. Beberapa baitnya saja yang berbentuk oktaf. Mungkin pula hanya satu bait yang berbentuk oktaf. Tidak seperti puisi lama yang rimanya sangat terikat, oktaf selalu bebas rimanya, seperti aaaaaaaa, abbaabba, dan sebagainya.
Contoh:
Solitude
yang paling mawar yang paling duri yang paling sayap yang paling bumi yang paling pisau yang paling risau yang paling nancap yang paling dekap
samping yang paling Kau!
(Sutardji Calzoum Bahri)
Sajak atau puisi “Solitude” karya Sutardji Calzoum Bahri ini berjumlah dua bait. Bait pertama berbentuk oktaf, sedangkan bait kedua berbentuk distikon.
Soneta
Soneta ialah suatu bentuk puisi baru yang terdiri atas empat larik. Empat belas larik itu biasanya terdiri atas dua kuatren dan dua terzina. Dua kuatren dianggap sama dengan sampiran pada pantun, dan dua terzina diangga sama dengan isi pada pantun. Selain itu, soneta dapat berbagan lain, seperti satu oktaf dan satu sekstet. Bagan lain yang mungkin terjadi pada soneta ialah tiga kuatren dan satu distikon.
Contoh
Kehilangan Mestika
Sepoi berhembus angin menyejuk diri Kelana termenung Merenung air Lincah bermain ditimpa sinar.
Hanya sebuah bintang Kelap kemilau, Tercapak di langit, Tidak berteman.
Hatiku, hatiku, Belum juga sejuk di buai bayu, Girang beriak mencontoh air.
Atau laksana bintang biarpun sunyi, Tetap bersinar berbinar-binar, Petunjuk nelayan di samodera lautan?
(Aoh Kartahadmadja)
Kadang-kadang soneta memiliki tambahan baris setelah larik keempat belas itu.Penambahan larik pada sebuah soneta itu disebut "koda". (S. Amran Tasai).