Kegiatan apresiasi sastra di sekolah
dasar dan menengah tidak memadai dan tidak memenuhi tuntutan kurikulum yang
berlaku. Masalah apresiasi sastra tidak saja masalah guru, tetapi juga masalah
bahan atau materi pembelajaran. Materi pembelajaran apresiasi sastra harus
mencerminkan suatu optimisme kehidupan sehingga siswa akan mengalami
pengembangan kecerdasannya melalui kesiapan mentalnya. Akan tetapi, materi yang
akan disajikan kepada siswa tidak tersedia. Bahkan, para guru mengalami
kebingungan untuk menentukan bahan atau materi yang akan diajarkan. Para ahli pendidikan meyakini bahwa pembelajaran di
sekolah akan berhasil apabila siswa memasuki kelas dalam keadaan siap menerima.
Oleh sebab itu, keberhasilan suatu pembelajaran itu ditentukan oleh suasana
hati. Siswa tersebut hendaknya berada dalam suasana hati yang tenang., segar,
senang, dan siap ketika mereka memasuki kelas. Dalam hubungan itu, guru
hendaklah menciptakan suasana seperti itu di dalam kelas. Beberapa ahli
berpendapat bahwa karya sastra dapat dijadikan alat untuk menciptakan suasana
yang damai, riang, senang, dan siap pada diri anak didik. Mendengarkan dongeng
dan cerita di awal proses belajar mengajar akan menciptakan suasana anak yang optimis
untuk menerima pelajaran. Ketika mendengarkan cerita dari seorang guru, para
siswa memanfaatkan seluruh bagian otaknya untuk menangkap cerita itu sehingga
keseimbangan seluruh bagian otak itu disirami oleh siraman dari cerita itu.
Penelitian ini akan menjaring
cerita-cerita dari daerah dengan tahap-tahap penelitian dalam rangka mencari
cerita-cerita yang memiliki unsur-unsur yang ditetapkan sebagai cerita yang
tepat. Dengan empat orang tenaga peneliti, penelitian ini akan berbagi tugas
sebagai tugas masing-masing ke daerah yang ditentukan. Hasil dari daerah akan
diteliti di Pusat Bahasa untuk mencari cerita yang diharapkan memenuhi syarat
tersebut.
Penelitian sastra daerah memang
telah dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu. Penelitian tersebut menyangkut
penelitian sastra lisan daerah dengan tujuan analisis struktur dan analisis
nilai budaya. Penelitian yang akan dilakukan ini adalah penelitian yang menumpu
perhatian pada unsur-unsur positif yang bersifat afirmatif. Maksudnya adalah
bahwa hal-hal yang positif disampaikan dengan “pengiyaan” bukan dengan
“penidakan”. Cerita Malin Kundang adalah cerita positif dengan “penidakan”.
Cerita seperti ini tidak dapat dipakai untuk membangun kesiapan siswa dalam
menerima pelajaran di sekolah. Oleh sebab itu, cerita yang akan diangkat itu
adalah cerita yang bersifat membangun intelek dan membangun emosi siswa. Cerita
itu harus memperlihatkan jiwa yang etis, yaitu berani, jujur, rendah hati,
bangga, aktif, tenang, dan sebagainya.
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.