Kamis, 23 Februari 2017

PENGAJARAN SASTRA DAN REVITALISASI SASTRA NUSANTARA

Kegiatan apresiasi sastra di sekolah dasar dan menengah tidak memadai dan tidak memenuhi tuntutan kurikulum yang berlaku. Masalah apresiasi sastra tidak saja masalah guru, tetapi juga masalah bahan atau materi pembelajaran. Materi pembelajaran apresiasi sastra harus mencerminkan suatu optimisme kehidupan sehingga siswa akan mengalami pengembangan kecerdasannya melalui kesiapan mentalnya. Akan tetapi, materi yang akan disajikan kepada siswa tidak tersedia. Bahkan, para guru mengalami kebingungan untuk menentukan bahan atau materi yang akan diajarkan. Para ahli pendidikan meyakini bahwa pembelajaran di sekolah akan berhasil apabila siswa memasuki kelas dalam keadaan siap menerima. Oleh sebab itu, keberhasilan suatu pembelajaran itu ditentukan oleh suasana hati. Siswa tersebut hendaknya berada dalam suasana hati yang tenang., segar, senang, dan siap ketika mereka memasuki kelas. Dalam hubungan itu, guru hendaklah menciptakan suasana seperti itu di dalam kelas. Beberapa ahli berpendapat bahwa karya sastra dapat dijadikan alat untuk menciptakan suasana yang damai, riang, senang, dan siap pada diri anak didik. Mendengarkan dongeng dan cerita di awal proses belajar mengajar akan menciptakan suasana anak yang optimis untuk menerima pelajaran. Ketika mendengarkan cerita dari seorang guru, para siswa memanfaatkan seluruh bagian otaknya untuk menangkap cerita itu sehingga keseimbangan seluruh bagian otak itu disirami oleh siraman dari cerita itu.
Penelitian ini akan menjaring cerita-cerita dari daerah dengan tahap-tahap penelitian dalam rangka mencari cerita-cerita yang memiliki unsur-unsur yang ditetapkan sebagai cerita yang tepat. Dengan empat orang tenaga peneliti, penelitian ini akan berbagi tugas sebagai tugas masing-masing ke daerah yang ditentukan. Hasil dari daerah akan diteliti di Pusat Bahasa untuk mencari cerita yang diharapkan memenuhi syarat tersebut.

Penelitian sastra daerah memang telah dilakukan sejak beberapa tahun yang lalu. Penelitian tersebut menyangkut penelitian sastra lisan daerah dengan tujuan analisis struktur dan analisis nilai budaya. Penelitian yang akan dilakukan ini adalah penelitian yang menumpu perhatian pada unsur-unsur positif yang bersifat afirmatif. Maksudnya adalah bahwa hal-hal yang positif disampaikan dengan “pengiyaan” bukan dengan “penidakan”. Cerita Malin Kundang adalah cerita positif dengan “penidakan”. Cerita seperti ini tidak dapat dipakai untuk membangun kesiapan siswa dalam menerima pelajaran di sekolah. Oleh sebab itu, cerita yang akan diangkat itu adalah cerita yang bersifat membangun intelek dan membangun emosi siswa. Cerita itu harus memperlihatkan jiwa yang etis, yaitu berani, jujur, rendah hati, bangga, aktif, tenang, dan sebagainya.
(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.