Sastra Indonesia pada saat ini terlihat berkembang dengan pesat. Terhadap sastra Indonesia itu sudah pula dilakukan penelitian-penelitian dalam berbagai aspek. Hasil penelitian itu sudah pula dimanfaatkan dan dipelajari sehngga hasil itu sudah dapat dianggap bahwa sastra sudah dapat dipahami, dikenal, dan diapresiasi oleh masyarakat Indonesia. Dengan demikian, kita merasa ikut memiliki sastra kita.
Sastra lahir dengan memanfaatkan bahasa. Bahasa dan sastra merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bahasa Indonesia memiliki sastra Indonesia. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Dengan demikian, sastra ada dalam bahasa Melayu merupakan sastra Melayu Klasik yang kita perlakukan sebagai sastra Indonesia Lama. Sehubungan dengan itu, jika kita berbicara tentang sastra Indonesia, tentu kita akan berbicara tentang sastra Indonesia Lama dan tentang sastra Indonesia Modern. Dalam hal itu, Genootschap (1978:6) mengatakan bahwa pengangkatan bahasa Melayu sebagai bahasa nasional bangsa Indonesia tidak terjadi begitu saja, di belakangnya terdapat sejarah yang panjang dan khazanah sastra yang beragam. Masa silam itu patut kita kenal dan kita pelajari.
2
Kita mengenal sastra awal, yang disebut dengan istilah sastra tradisional. Karya sastra tradisional ini pasti sudah dikenal sejak abad ke-7 pada saat kerajaan di Indonesia hidup dengan jayanya. Dapat dipastikan bahwa sastra sudah berada dalam bahasa Melayu Kuno itu. Sastra tersebut bersifat lisan. Sastra oral tersebut berada dalam bentuk cerita (prosa) dan puisi.
Sastra tradisional itu milik rakyat, milik masyarakat, bukan milik seseorang. Sastra tradisonal ceritanya sederhana, bersifat umum, tidak panjang. Kemudian, jenis sastra adalah mantera, peribahasa, pantun, teka-teki, cerita binatang, cerita asal-usul, dan cerita pelipur lara.
3
Tahap kedua kita mengenal sastra Indonesia lama Pengaruh Hindu. Sastra tersebut ditandai dengan hadirnya unsur Hindu. Djamaris (2010:2) mengatakan bahwa hasil sastra Pengaruh Hindu itu memiliki beberapa ciri, seperti hadirnya benda-benda keramat, tokoh raksasa, pertapaan, dan orang mati yang hidup kembali. Beberapa karya sastra Pengaruh Hindu itu adalah Hikayat Sri Rama, Hikayat Pendawa Lima, Hikayat Sang Boma, dan Hikayat Kalilah dan Daminah. Sastra-sastra tersebut merupakan terjemahan atau saduran dari sastra yang ada d India.
4
Kemudian, kita memasuki suatu zaman dalam sastra. Berdasarkan beberapa naskah sastra Indonesia lama yang bercorak lain, para pakar menyepakati bahwa sastra tersebut berada dalam satu masa tersendiri. Karya sastra pada zaman itu disebut sebagai sastra Indonesia Lama Pengaruh Peralihan. Sastra Indonesia Lama Pengaruh Peralihan itu memiliki karya sastra yang mengandung unsur Hindu dan unsur Islam. Sastra pada zaman ini mempunyai ciri kehadiran unsur Hindu, seperti tokoh raksasa yang bercampur dengan pemanjatan doa ala Islam. Awal cerita sering ada kata-kata wabihi nastai nu bi ala atau kata-kata Arab yang lain. Sutaarga (1975) mengatakan bahwa cerita yang dapat digolongkan ke dalam sastra Pengaruh Peralihan ini diperkirakan lebih dari tiga puluh cerita. Beberapa karya tersebut adalah (1) Hikayat Ahmad Muhammad, (2) Hikayat Bikrama Cindra, (3) Hikayat Bikrama Sakti, (4) Hikayat Bujangga Maharaja Indra Maharupa, (5) Hikayat Candra Hasan, (6) Hikayat Cindrabaya, (7) Hikayat Dewa Mandu, (8) Hikayat Indra Bangsawan, (9) Hikayat Indra Dewa, (10) Hikayat Indra Jaya Pahlawan, (11) Hikayat Indra Laksana, (12) Hikayat Indra Maulana, (13) Hikayat Indra Nata, (14) Hikayat Isma Yatim, (15) Hikayat Langlang Buana, (16) Hikayat Panca Logam, (17) Hikayat Raja Kerang, (18) Hikayat Syah Mahdewa, (19) Hikayat Syahsul Indra, (21) Hikayat Kuraisyi, (22) Hikayat Indra Putra, (23) Hikayat Indra Walsuki, (24) Hikayat Syahrul Kamal, (25) Hikayat Dewa Mangindra Laksana, (26) Hikayat Juragan Jaya Indra, (27) Hikayat Maharaja Jaya Asmara, dan (28) Hikayat Syamsu Bahrun.
5
Seiring dengan datangnya agama Islam, masalah Islam itu juga muncul dalam sastra Indonesia. Sastra pengaruh Islam mengalami kemajuan yang pesat. Sastra tersebut disebut sastra Indonesia Lama Pengaruh Islam. Sastra Indoesia Lama Penaruh Islam tersebut banyak sekali. Sastra sudah ditulis dengan huruf arab-melayu dan pada kertas yang relatif kuat. Cerita-cerita yang muncul pada tahap ini adalah kisah tentang nabi-nabi, hikayat tentang Nabi Muhammad dan keluarga, cerita pahlawan Islam, cerita tentang ajaran dan kepercayaan Islam, cerita dongeng yang bernapaskan Islam, dan cerita tentang mistik dan tasawuf. Beberapa karya sastra Pengaruh Islam tersebut adalah Hikayat Iskandar Zulkarnain, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Jumjumah, Hikayat Nabi Yusuf, Hkayat Abu Samah, Hikayat Ali Kawin, Hikayat Muhammad Hanafiyah, dan lain-lain.
Kemungkinan besar karya-karya yang sudah terkenal dan sudah diteliti oleh para pakar tergolong dalam era ini. Karya sastra itu dapat disebut, seperti Hikayat Raja-Raja Pasai, Hikayat Seribu Satu Malam, Hikayat Banjar, Hikayat Meukota Alam, Hikayat Si Burung Pingai, dan Sejarah Melayu.
Pada genre puisi muncul beberapa syair yang sangat terkenal di kalangan para pujangga, seperti Syair Perahu, Syair Bahr an-Nisa, Syair Perkataan Alif, dan Gurindam Dua Belas.
6
Zaman Abdullah bin Kadir Munsyi merupakan zaman Pramodern. Abdullah sudah menghadirkan sifat karangan yang lepas dari cara penulis lama. Syair Singapura Dimakan Api adalah salah satu karya sastra di zaman itu.
7
Berdirinya Balai Pustaka sebagai badan yang menerbitkan buku dan majalah secara resmi memunculkan karya sastra modern di awal kemunculannya. Pada Zaman Balai Pustaka terbit buku-buku novel, seperti Azab dan Sengsara, Sitti Nurbaya, Salah Asuhan, Sengsara Membawa Nikmat, dan Hulubalang Raja. Di bidang puisi muncul sajak-sajak kebangsaan yang ditulis oleh Muhammad Yamin. Masa ini disebut dengan nama Angkatan Balai Pustaka.
8
Di luar Balai Pustaka bermunculan sastra-sastra lain yang digolongkan sebagai sastra picisan. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Cina atau bahasa Melayu Betawi. Bahasanya jauh dari baku. Perkembangannya sangat pesat termasuk novel dan cerita pendek.
9
Pendirian Majalah Pujangga Baru memunculkan Angkatan Pujangga Baru. Angkatan ini terkenal dengan pujangganya, yaitu Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah, Armijn Pane, dan Sanusi Pane. Sastra yang muncul adalah Layar Terkembang, Tenggelamnya Kapal van der Wijck, Belenggu, dan lain-lain. Amir Hamzah dikenal dengan sajak-sajaknya di dalam Buah Rindu dan Nyanyi Sunyi.
Para sastrawan banyak yang menulis di dalam majalah Pujangga Baru, baik menulis cerita maupun sajak. Karya-karya penulis itu sudah banyak dipengaruhi oleh sastra asing. Bentuk soneta sudah biasa dipakai di dalam menulis puisi.
10
Angkatan 45 dalam sastra Indonesia yang dipelopori oleh Chairil Anwar muncul kemudian. Angkatan 45 merupakan angkatan yang lahir dalam masa Indonesia lepas dari penjajah. Kemunculan majalah Gelanggang menjadi penanda kehadiran angkatan ini. Karya Chairil Anwar dengan sajak-sajaknya yang sangat indah ditulis dalam buku yang berjudul Deru Campur Debu, Kerikil Tajam, dan Tiga Menguak Takdir. Angkatan ini didukung oleh beberapa sastrawan, yaitu Idrus, Asrul Sani, Ahdiyat K. Hadimadja, Maria Amin, dan lain-lain.
Peristiwa Heboh Sastra sebagai dakwaan terhadap Tenggelamnya Kapal van der Wijck merupakan peristiwa penting dalam sastra Indonesia. Kemudian Heboh sastra tentang buku Langit Makin Mendung juga muncul pada tahun 1960-an.
11
Kemudian muncul Angkatan 66 yang dipelopori oleh sastrawan-sastrawan yang ikut berjuang dalam meruntuhkan Orde Lama. Angkatan ini ditandai dengan terbitnya majalah sastra Horison yang dipimpin oleh Mochtar Lubis. Tidak dapat ditinggalkan gebrakan Taufik Ismail dengan puisinya. Dapat disebutkan beberapa sastrawan, yaitu Taufiq Ismail, W.S. Rendra, Korri Layun Rampan, Chairul Harun, dan lain-lain.
Nama Iwan Simatupang dan Putu Wijaya muncul sebagai penulis novel yang baik. Kemudian, nama Sutardji Calzoum Bachri muncul sebagai penulis puisi.
12
Pemunculan pengarang wanita pada tahun 1970-an tidak dapat dilepaskan dari sejarah kesusastraan di Indonesia. Selain nama Nh. Dini yang sudah mencuat sebelumnya, pada tahun itu muncul Marga T, Mira W., Marianne Katoppo, Totilowati Tjitrawasita, Iskasiah Sumanto, Titis Basino P.I., Sri Rahayu Prihatmi, Lawarsih Pringgoadisuryo, Titi Said, dan Aryati. Pengarang ini menampilkan tokoh-tokoh wanita dengan berbagai kondisi dan problem. Kemunculan mereka dimungkinkan oleh adanya majalah dan surat kabar yang memuat cerita pendek dan cerita bersambung, Kemudian, penerbit pun membuka diri untuk pengarang wanita ini terutama Penerbit Pustaka Jaya
Pemunculan penulis dan pengarang wanita ini berlanjut pada tahun 1980-an, seperti La Rose, Lastri Fardhani, Diah Hadaning, Yvonne de Fretes, dan Oka Rusmini.
12
Berbagai peristiwa sastra setelah itu muncul dengan berbagai persoalan sastra. Yang terbesar adalah peristiwa “Pengadilan Puisi” pada tahun 1974 yang dipelopori oleh sastrawan muda. Pengadilan puisi itu dilakukan di Universitas Parahyangan, Bandung. Sebagai penuntut umum dalam pengadilan puisi adalah Slamet Kirnanto. Beberapa hari setelah itu, diselenggarakan acara “Jawaban dari Pengadilan Puisi” di Universitas Indonesia yang dipelopori oleh H.B. Jassin dan Sapardi Djoko Damono.
Masalah lain yang hadir pada tahun ini ialah pemunculan puisi mbeling yang disponsori oleh Remy Silado. Sapardi Joko Damono ikut meamaikan kehadiran Puisi Mbeling dengan puisi-puisinya yang menarik dan menggelikan.
13
Masa Reformasi dengan berhentinya Presiden Republik Indonesia Kedua, Suharto, memunculkan sastra yang mendukung tema reformasi. Cerita pendek yang banyak menyuarakan hal itu dimuat di dalam surat kabar dan majalah tentang akibat penjarahan dan kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
14
Kemudian, pada tahun 2000 muncul Angkatan 2000 yang gaungnya hanya sekilas. Lalu, setelah gaung yang sekilas itu hilang begitu saja. Hanya yang ada hanya novel yang berjenis novel teenlit. Novel teenlit ini adalah novel anak muda sebagai bacaan hiburan. Novel teenlit dimulai dengan kemunculan Dealova, yang diikutu oleh novet teenlit yang lain.
Di pihak lain, muncul novel pembangunan jiwa yang dipelopori oleh penga-rang muda, Habiburrahman El- Shirazy, dengan novelnya Ayat-Ayat Cinta. Dalam waktu yang sama muncul suatu novel sejarah, yaitu Gajah Mada dalam lima jilid. Ini merupakan novel-sejarah terbesar dalam pernovelan Indonesia.
15
Hingga kini sastra Indonesia maju pesat. Kita hampir tidak dapat lagi melakukan pemilahan angkatan dalam sastra. Pada akhir-akhir ini novel bersimpang siur di toko buku, seperti nama Tere Liye dengan bermacan novelnya. Beberapa karyanya yang pernah diadaptasi ke layar lebar yaitu Hafalan Shalat Delisa dan Bidadari-Bidadari Surga.
16
Dalam hubungan dengan integritas bangsa, sepanjang zaman, sastra senantiasa membicarakannya. Sastra Indonesia merupakan wakil zamannya. Untuk itu, kemajuan sastra merupakan kemajuan zaman yang diwakilinya.